China mengklaim kedaulatan di Sandy Cay di Laut China Selatan. (Foto: Penjaga Pantai Filipina)
JAKARTA – China secara sepihak mendeklarasikan kedaulatan atas terumbu karang tak berpenghuni di Sandy Cay, di Laut Cina Selatan (LCS), langkah yang mendapatkan kritik keras dari Filipina dan menambah ketidakstabilan di Kawasan tersebut. Langkah tersebut diambil Beijing di saat Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr. mengupayakan penerapan kode yang "mengikat secara hukum" untuk mencegah "salah perhitungan di laut".
Sandy Cay adalah kelompok gundukan pasir tak berpenghuni, yang merupakan bagian dari Terumbu Karang Thitu di Kepulauan Spratly. Secara resmi, pulau ini dikenal sebagai Pagasa Cay 2, sementara di China dikenal sebagai Tiexian Jiao dan Pulo ng Bailan di Filipina. Setelah merebut Sandy Cay, China memasang bendera nasionalnya, yang menunjukkan kendalinya atas wilayah yang disengketakan tersebut. China selama ini menolak untuk menerima putusan Pengadilan Arbitrase Tetap di Den Haag, yang tidak menemukan dasar dalam klaim hak China atas 90 persen Laut Cina Selatan.
Beberapa media pemerintah China termasuk Global Times menerbitkan gambar personel Penjaga Pantai China (CCG) yang mengibarkan bendera China di Sandy Cay atau Tiexian Jiao.
“China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas Nansha Qundao, termasuk Tiexian Jiao, dan perairan di sekitarnya. CCG akan terus melakukan kegiatan penegakan hukum di perairan yurisdiksi China untuk dengan tegas menjaga kedaulatan teritorial nasional dan hak serta kepentingan maritim,” kata Juru Bicara CCG Liu Dejun, sebagaimana dilansir Hong Kong Post, Rabu, (4/6/2025).
Reaksi Keras Filipina
Filipina membantah keras klaim China terhadap Sandy Cay.
“Fakta di lapangan membantah pernyataan mereka,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina Jonathan Malaya.
“Tidak ada manfaat bagi negara mana pun jika hal-hal ini terjadi, dan tidak ada manfaat bagi negara mana pun jika pengumuman dan pernyataan yang tidak bertanggung jawab tersebut dirilis ke publik dan dunia.”
Merasakan potensi dampak negatif dari tindakan China, Amerika Serikat (AS) menyebut tindakan China yang mengibarkan bendera di zona konflik “sangat memprihatinkan”.