Utang Kereta Cepat Whoosh Rp116 Triliun, Bisa Lunas? (Foto: KCIC)
JAKARTA - Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mendukung langkah BPI Danantara untuk membereskan utang jumbo dalam proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau whoosh.
Tercatat, beban utang proyek kereta cepat whoosh telah membengkak hingga USD7,2 miliar atau setara Rp116 triliun.
Menurutnya, ada tiga opsi yang mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk penyelesaian masalah utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator whoosh. Misalnya, pengembangan kawasan, mendorong peningkatan okupasi Whoosh, hingga melepas kepemilikan saham pemerintah.
Toto menjelaskan, pengembangan kawasan misalnya pembangunan TOD (Transit Oriented Development). Terutama di tempat-tempat yang menjadi titik pemberhentian Whoosh. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sumber-sumber pendapatan baru di luar operasional melayani penumpang.
"Pengembangan kawasan otomatis iya (penambahan investasi Danantara) kan misalnya juga beberapa (perusahaan) yang masuk dalam konsorsium KCIC itu juga kan sudah punya akses. Misal ada WIKA, dia punya konsesi pengembangan TOD di Halim misalnya, dan lainnya," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
Dia mencontoh operator kereta api terbesar di Jepang, JR-East (Japan Railways East) misalnya, yang justru pendapatan terbesarnya bukan dari penjualan tiket kereta tapi pemanfaatan kawasan untuk pengembangan properti, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
"Itu yang menurut saya bisa membantu. Bagaimana kemudian JR-East itu mampu mendapatkan pendapatan konsolidasi yang besar dari pemanfaatan kawasan di luar tiket penumpang," kata Toto.