Ilustrasi ekonomi Indonesia. (Foto: dok ist)
JAKARTA - Nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat membuat masyarakat Indonesia, khususnya investor, mengkhawatirkan kondisi perekonomian negara. Lantas, apakah benar ekonomi Indonesia tidak baik-baik saja?
Kelemahan nilai rupiah di tengah menguatnya indeks dolar AS berkaitan erat dengan kebijakan tarif Presiden Trump. Informasi berikut dapat dijadikan sebagai acuan untuk memahami situasi ekonomi Indonesia lebih jauh di tengah ketidakpastian pasar global.
Bagaimana Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini?
Terlepas dari perkembangan tentang perekonomian dunia yang mengkhawatirkan, ekonomi di Indonesia saat ini masih tergolong sebagai kondusif. Dibandingkan dengan negara lain, risiko resesi di Indonesia diketahui tidak begitu tinggi.
Sebaliknya, negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat, seperti Uni Eropa, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, terancam risiko resesi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan penerapan tarif bea masuk yang tinggi oleh Amerika Serikat.
Perang tarif ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi global. Akibatnya, risiko resesi di sejumlah negara terdampak pun meningkat.
Dampak Kebijakan Tarif Trump Terhadap Ekonomi Indonesia
Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia masih berada dalam posisi yang cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi global. Mengutip data dari Bloomberg pada Februari 2025, resesi di Indonesia diprediksi kurang dari 5 persen.
Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan negara yang terdampak tarif Trump, seperti Kanada (35 persen) dan Meksiko (38 persen). Kendati demikian, tarif imbal balik yang dikenakan Trump ke Indonesia (32 persen) masih tergolong cukup tinggi.
Direktur Utama PT KGI Sekuritas Indonesia Antony Kristanto menyatakan bahwa penerapan tarif baru dari Amerika Serikat ini akan berimbas pada sektor-sektor industri tertentu, seperti perekapan elektronik, lemak dan minyak nabati, serta pakaian dan aksesori.
Namun, efeknya terhadap pasar saham masih relatif terbatas karena mayoritas perusahaan yang terdampak bukan penggerak pasar utama.
Permasalahan justru muncul ketika terjadi deflasi tahunan menjelang Ramadan dan Lebaran 2025. Daya beli masyarakat yang cenderung naik menjelang Ramadan justru menurun atau mengalami deflasi sebesar 0,09 persen pada Februari 2025.
Daya beli masyarakat dianggap menurun secara signifikan karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masif yang terjadi terus-menerus di berbagai sektor usaha.
Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah tanggapan yang beredar tersebut. Ia menyatakan bahwa deflasi pada awal 2025 terjadi karena upaya pemerintah dalam menurunkan harga-harga pasar, bukan karena penurunan daya beli masyarakat, sehingga tidak berisiko menjadi krisis ekonomi yang besar.
Cara Bertahan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Tanggapan ahli terkait kondisi ekonomi Indonesia saat ini beragam. Beberapa menganggap bahwa situasi masih kondusif, namun tidak sedikit juga yang menganggap perekonomian negara memburuk dibandingkan beberapa bulan ke belakang.
Agar keuangan tetap aman, sebaiknya situasi ekonomi negara saat ini ditanggapi dengan kepala dingin. Antisipasi terhadap ancaman resesi maupun inflasi bisa dilakukan melalui pemilihan instrumen investasi yang tepat.
Dengan kata lain, aset berharga yang tahan terhadap inflasi atau resesi bisa menjadi solusi untuk menghadapi risiko dari ketidakstabilan ekonomi global. Di antara banyak pilihan investasi, emas bisa menjadi pilihan diversifikasi yang aman untuk para investor.
Harga emas di pasar mengalami kenaikan yang cukup signifikan beberapa waktu terakhir. Pergerakan emas yang positif ini dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti melemahnya dolar AS dan tingginya permintaan di pasar akibat ketidakpastian ekonomi global.
Pembelian emas fisik atau berbentuk investasi dapat menjaga nilai kekayaan di saat nilai mata uang maupun saham terkena dampak negatif kondisi pasar global.
Selain dibeli atau ditabung, emas bisa didepositokan di Pegadaian untuk keuntungan berjangka karena imbal hasil yang menarik dan rendah risiko. Deposito Emas di Pegadaian dapat menjamin imbal tetap sekalipun harga emas menurun karena bunga yang ditawarkan sudah ditentukan di awal.
(Agustina Wulandari )