Negosiasi Tarif Impor, Erick Thohir: AS Minta Perlakuan yang Sama di Sektor Mineral

6 hours ago 2

 AS Minta Perlakuan yang Sama di Sektor Mineral

Menteri BUMN Erick Thohir Soal Negosiasi Tarif Impor AS. (Foto: Okezone.com/BUMN)

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan permintaan Amerika Serikat (AS) dalam negosiasi tarif impor dengan Indonesia.
Salah satu permintaan AS kepada Indonesia adalah perlakuan yang sama untuk investor asing, terutama di sektor mineral.

"Dalam pertemuan tersebut, delegasi Amerika Serikat meminta perlakuan yang sama untuk investor asing, terutama di sektor mineral. Tapi mereka ternyata juga perlu investasi (Indonesia) di AS," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Kementerian BUMN masuk dalam tim pendukung atau working group 3 dalam negosiasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Dari upaya diplomasi yang dilakukan beberapa waktu lalu, Erick menyebut bahwa Paman Sam tengah mendorong peningkatan investasi untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi rakyatnya.

Target tersebut, lanjut dia, ditempuh dengan melakukan roadshow ke berbagai negara, seperti Arab Saudi, dengan tujuan menarik investasi asing.

"Kita melihat ada beberapa peluang. Kalau itu bisa mendukung supaya kita bisa mendapatkan sumber untuk minyak, tentu ini akan kita pertimbangkan," paparnya.

Mantan Presiden Inter Milan itu mencatat bahwa Indonesia mendorong peningkatan produksi minyak dalam negeri, namun tetap membuka peluang investasi di luar negeri, termasuk di AS. Terkait kerja sama energi, saat ini 57 persen kebutuhan LPG Indonesia berasal dari AS.

"Kami lagi memohon pertimbangan, karena jangan sampai ketergantungannya terlalu maksimal. Kalau tiba-tiba dari pihak Amerika ada kendala seperti bencana alam atau gangguan rantai pasok, kita bisa kesulitan," beber dia.

Sementara itu, untuk crude oil alias minyak mentah, Indonesia baru mengimpor sekitar empat persen dari AS. Erick mengatakan ada potensi untuk menggenjot angka tersebut, tetapi tetap harus mempertimbangkan keseimbangan dalam transaksi perdagangan.

“Apakah nanti crude oil ini bisa meningkatkan jumlahnya dari empat persen ke 25 atau 30%, ini masih dalam tahap penjajakan. Yang jelas, kita jaga agar tidak terlalu didominasi oleh satu negara," ucapnya.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|