Liem Sioe Liong, pendiri Salim Group, sosok penting di balik suksesnya Indomie dan BCA. (Instagram.com @inspire_febuny)
LAHIR pada 19 Juli 1916 di Fuqing, Provinsi Fujian, Tiongkok, Liem Sioe Liong muda merantau ke Hindia Belanda pada usia 20-an untuk menyusul kakaknya di Kudus, Jawa Tengah.
Berbekal tekad dan semangat, ia memulai karier sebagai buruh pabrik kerupuk sebelum beralih ke perdagangan cengkeh yang memasok kebutuhan industri rokok kretek lokal.
Dalam waktu singkat, ia menjelma menjadi bandar cengkeh terbesar di Kudus pada usia 25 tahun, menjalin hubungan bisnis erat dengan para pengusaha pribumi dan Tionghoa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama revolusi kemerdekaan Indonesia, Liem menjadi pemasok logistik penting bagi tentara Indonesia, termasuk senjata dan obat-obatan, yang mempererat relasinya dengan tokoh-tokoh militer.
Setelah Indonesia merdeka, ia pindah ke Jakarta dan memulai perjalanan baru sebagai pengusaha yang kelak menciptakan salah satu kerajaan bisnis terbesar di Asia Tenggara.
Lahirnya Salim Group, Dari Perbankan ke Mi Instan dan Semen
Pada dekade 1960-an, Liem bersama Mochtar Riady mendirikan Bank Central Asia (BCA) yang kemudian berkembang menjadi bank swasta terbesar di Indonesia.
Dalam peran strategisnya, pemerintah Orde Baru memberi kepercayaan kepada Liem untuk mengimpor beras, sebuah tugas vital yang mengawali ekspansinya ke industri pangan nasional.
Ia mendirikan PT Bogasari, yang berkembang menjadi pabrik tepung terigu terbesar di Indonesia, dan kelak melahirkan Indofood, produsen mi instan Indomie yang mendunia.
Salim Group terus memperluas sayap bisnisnya ke berbagai sektor strategis seperti semen (Indocement), otomotif (Indomobil), ritel (Indomaret), agribisnis, dan properti.
Pada puncaknya, Salim Group memiliki lebih dari 500 anak perusahaan dan mempekerjakan sekitar 200.000 karyawan di berbagai negara, menjadi simbol pertumbuhan ekonomi Orde Baru.
Menurut laporan Majalah Forbes (2000), “Salim Group is one of Asia’s largest and most diversified conglomerates”.
Krisis Moneter 1998 dan Dampaknya pada Kekaisaran Bisnis Salim
Krisis finansial Asia 1997–1998 mengguncang sendi-sendi ekonomi Indonesia dan menjadi pukulan telak bagi konglomerasi Salim Group yang memiliki utang lebih dari Rp52,7 triliun.
Aset-aset strategis seperti BCA, Indocement, dan sebagian saham Indofood harus dilepas dalam skema penyelamatan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Kerusuhan sosial pada Mei 1998 turut menghantam keluarga Salim, ketika rumah Liem di Jakarta dijarah dan keluarganya mengungsi ke Singapura demi keamanan.
Liem tidak pernah kembali secara permanen ke Indonesia setelah kerusuhan tersebut dan meninggal dunia di Singapura pada 10 Juni 2012 dalam usia 95 tahun.
Meskipun begitu, tongkat estafet bisnis diserahkan kepada putranya, Anthony Salim, yang memulai proses restrukturisasi perusahaan secara besar-besaran.
Anthony Salim Melanjutkan Kepemimpinan Bisnis dengan Visi Baru
Anthony Salim, putra bungsu Liem yang lahir di Kudus pada 25 Oktober 1949, mengenyam pendidikan tinggi di Ewell County Technical College di Inggris.
Pasca krisis, ia menata kembali bisnis Salim Group dengan memfokuskan pada sektor pangan, ritel, dan agribisnis yang lebih tahan krisis dan memiliki pertumbuhan tinggi.
Di bawah kepemimpinan Anthony, Indomie menembus pasar internasional, termasuk Nigeria, Mesir, Timur Tengah, dan Eropa Timur sebagai produk ekspor unggulan.
Ia juga memperluas bisnis ritel dengan memperkuat jaringan Indomaret yang kini memiliki lebih dari 22.000 gerai di seluruh Indonesia dan menjadi market leader minimarket nasional.
“Bisnis adalah soal kemampuan beradaptasi dan membaca momentum pasar,” ujar Anthony Salim dalam wawancara dengan The Business Times pada 2017.
Kontroversi Orde Baru dan Warisan Bisnis yang Tak Terelakkan
Liem Sioe Liong dikenal memiliki kedekatan dengan Presiden Soeharto yang membuatnya mendapat banyak kemudahan akses bisnis selama Orde Baru.
Kedekatan itu menimbulkan berbagai kritik dan tudingan praktik bisnis yang oligarkis, meskipun tak ada bukti hukum yang membuktikan pelanggaran secara langsung.
Namun demikian, kontribusinya terhadap industrialisasi Indonesia, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan sektor pangan dan perbankan tetap diakui banyak kalangan.
“Salim Group telah menjadi bagian integral dari pembangunan ekonomi Indonesia sejak 1970-an,” tulis Bank Dunia dalam kajian ekonomi industri Indonesia tahun 2003 (worldbank.org).
Warisan Liem adalah kombinasi antara kecerdasan bisnis, kedekatan politik, dan kemampuan membaca arah ekonomi dalam kondisi penuh ketidakpastian.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infopeluang.com dan Ekonominews.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Lingkarin.com dan Kontenberita.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallokaltim.com dan Apakabarbogor.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center