Mendikdasmen Hadiri Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya memperingati Hari Pendidikan Nasional . (Foto: Okezone.com/Kemendikdasmen)
JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mendorong penguatan pendidikan karakter yang dilakukan melalui program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Hal ini sangat dibutuhkan dalam membangun perdamaian dan kerukunan sosial di tengah masyarakat majemuk.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti mengatakan, generasi muda Indonesia harus tumbuh tidak hanya dari sisi prestasi akademik, tetapi memiliki nilai-nilai karakter kuat untuk membangun kehidupan toleran dan saling menghormati.
“Kita perlu memberikan kepada anak-anak kita sikap sosial, dimana mereka bagian tak terpisahkan dari masyarakat, dan membangun lingkungan sosial yang inklusif,” kata Abdul Mu’ti, Kamis (1/5/2025).
Menurutnya, program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan pembiasaan sederhana, namun berdampak besar. Program tersebut tidak hanya terkait pembelajaran formal di sekolah, melainkan berupaya membentuk ekosistem pendidikan karakter yang disebut catur pusat pendidikan, terdiri dari satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, dan media.
Sementara itu, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Senior Fellow Institut Leimena, Amin Abdullah, mengatakan seluruh elemen bangsa perlu memprioritaskan pendidikan karakter di tengah situasi moral dan etika bangsa Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Sebagai bangsa majemuk dan religius, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat perlu disinergikan dengan kompetensi dalam literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) agar generasi muda mampu memahami diri sendiri, menghormati orang lain, mengelola perbedaan secara kreatif, dan bekerja sama lintas agama.
“Literasi keagamaan lintas budaya adalah visi besar untuk membentuk individu yang tidak hanya kuat secara pribadi, tapi juga mampu hidup harmonis dalam keragaman,” kata Amin.
Di sisi lain, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran dan Sekolah Unggul, Arif Jamali Muis menjelaskan, persoalan radikalisme dan intoleransi, ditambah tantangan dunia digital seperti pornografi, adikasi gawai, judi online, menjadi alasan pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter.