Konten Anomali Tung Tung Sahur Bahaya Buat Anak, Bikin Kecanduan (Foto: Youtube)
KONTEN anomali tung tung sahur yang viral di media sosial ternyata berbahaya buat anak. Konten Italian Brairot atau meme anomali berbahaya karena bisa merusak imajinasi hingga membuat anak kecanduan.
Sebab, menggabungkan antara hewan dengan benda mati, hewan dengan manusia, dan manusia dengan benda mati. Contoh dari konten ini adalah tung tung tung sahur dan ballerina capuccina. Konten berbentuk aneh ini menjadi sangat mudah diakses, termasuk oleh anak-anak.
Psikolog Dr Nur Ainy Fardana Nawangsari S Psi M Si mengungkapkan bahwa konsumsi konten digital yang tidak bermakna dan berkualitas rendah dapat berdampak pada perkembangan anak. Konten jenis ini dianggap tidak mendidik, tetapi justru banyak anak-anak mengaksesnya.
Dosen Fakultas Psikologi Unair ini menjelaskan alasan di balik ketertarikan anak terhadap konten anomali. Ia menyebut masa kanak-kanak merupakan tahapan pengembangan imajinasi.
“Anak itu suka hal yang menarik secara visual karena mereka sedang dalam masa pengembangan imajinasi. Mereka suka karena sepadan dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan kemampuan imajinasi, kemampuan visual, dan rasa ingin tahu,” kata dia dilansir dari laman Unair, Rabu (4/6/2025).
Konten Anomali Tidak Realistis
Berbeda dengan kartun, konten anomali sangat sering muncul di media sosial, sehingga anak dapat mengonsumsinya secara intens. Selain itu, bentuk aneh dari konten anomali tidak memberikan informasi yang realistis dan tidak mendidik. Hal ini dapat berdampak pada anak, baik dari segi psikologis, kognitif, maupun sosial.
Dalam tahap perkembangan, konten anomali dapat mengganggu proses pemahaman dan cara memahami realita. Konsumsi konten ini menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berpikir realistis dengan situasi sekitar. Konten tersebut juga dapat menghambat kemampuan penalaran anak.
“Memang anak itu sedang pada tahapan mengembangkan imajinasi, tetapi mereka harus mulai belajar hal-hal yang bersifat konkret operasional untuk mengenali dunia nyata sekitarnya. Kalau yang mereka dapatkan adalah konten yang tidak mendidik, tentu saja akan mengganggu proses pemahaman dan proses kognisinya,” ungkap Neny.