Ilustrasi. (Foto: Freepik)
HONG KONG - Presiden China Xi Jinping menjanjikan "kemandirian dan penguatan diri" untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) di Negeri Tirai Bambu, demikian dilaporkan media pemerintah pada Sabtu, (26/4/2025). Seruan ini muncul di saat China tengah terlibat dalam perang dagang dengan AS dan bersaing untuk mendapatkan supremasi dalam AI, yang merupakan salah satu area strategis utama.
Berbicara pada sesi studi pertemuan Politbiro pada Jumat, (25/4/2025) Xi mengatakan China harus memanfaatkan "sistem nasional baru yang menyeluruh" untuk mendorong pengembangan AI.
"Kita harus menyadari kesenjangannya dan melipatgandakan upaya kita untuk memajukan inovasi teknologi, pengembangan industri, dan aplikasi yang didukung AI secara komprehensif," kata Xi, menurut kantor berita resmi Xinhua.
Xi mencatat dukungan kebijakan akan diberikan di berbagai bidang seperti pengadaan pemerintah, hak kekayaan intelektual, penelitian dan pengembangan bakat.
Persempit Kesenjangan
Beberapa ahli mengatakan China telah mempersempit kesenjangan pengembangan AI dengan AS selama setahun terakhir. Startup AI asal China, DeepSeek, menarik perhatian global saat meluncurkan model penalaran AI pada Januari yang katanya dilatih dengan chip yang kurang canggih dan lebih murah untuk dikembangkan daripada pesaingnya dari Barat. China juga telah membuat terobosan dalam rekayasa perangkat lunak infrastruktur.
Kemunculan DeepSeek menantang asumsi bahwa sanksi AS menahan sektor AI China di tengah persaingan teknologi geopolitik yang sengit, dan bahwa China tertinggal dari AS setelah peluncuran terobosan ChatGPT OpenAI pada akhir 2022.