Zen Teguh
, Jurnalis-Kamis, 29 Mei 2025 |16:22 WIB
Amer Al Mahdi Mansour Al Gaddafi berpose bersama pilot dan awak kabin pesawat yang membawanya menuju Arab Saudi. (Foto: TRT Global/X).
TRIPOLI – Jika Tuhan sudah menghendaki, tidak ada satu pun orang mampu menghalangi. Ungkapan itu seperti tepat menggambarkan kisah pemuda asal Libya Amer Al Mahdi Mansour Al Gaddafi. Dua kali dia ditinggal pesawat yang akan membawanya pergi haji, namun akhirnya dia tetap bisa menuju Tanah Suci. Bagaimana bisa?
Amer seharusnya naik pesawat menuju Arab Saudi bersama puluhan jamaah lainnya. Namun sesampai di Bandara Sebha, Libya Tengah, petugas Imigrasi menahannya.
Bukan tanpa alasan Amer dihentikan. Nama belakang 'Gaddafi' jadi persoalan utama. Nama itu mirip dengan mantan Presiden Libya yang digulingkan, Muammar Gaddafi (sering juga ditulis Muamar Khadafi). Label Gaddafi dianggap identik dengan sosok tiran dan penjahat HAM, terutama oleh negara-negara Barat.
Tak pelak isu keamanan ini menjadikan petugas Imigrasi menghentikannya di detik-detik akhir jelang keberangkatan. Pesawat yang membawa jamaah haji pun tinggal landas meninggalkan Amer.
“Meskipun dia (Amer) terus memohon, pesawat itu berangkat tanpa dirinya,” tulis Gulf News, dikutip Jumat (29/5/2025).
Amer tak menyerah dengan keadaan. Meski anggota keluarga dan petugas Imigrasi mendesaknya untuk segera pergi, dia bertahan. Amer memilih tetap berada di bandara.
"Saya tidak akan pindah dari sini kecuali untuk haji," kata dia.
Campur Tangan Tuhan
Sungguh di luar dugaan, pesawat yang meninggalkan Amer terpaksa kembali ke bandara. Burung besi itu mengalami masalah teknis sehingga harus mendarat untuk memperbaiki sistem pendingin udara, menurut media lokal.
Saat pesawat mendarat, staf maskapai sesungguhnya berusaha memfasilitasi Gaddafi agar diperbolehkan naik pesawat dengan meminta pilot membuka pintu. Sayang pilot menolak dengan alasan kendala logistik karena mesin masih menyala.
“Saya tidak akan terbang tanpa dia,” kata sang pilot.