Pertamina Prediksi Bisnis Migas 2025 Melandai, Ini Sebabnya

15 hours ago 3

Pertamina Prediksi Bisnis Migas 2025 Melandai, Ini Sebabnya

PT Pertamina (Persero) memprediksi kinerja keuangan akan menghadapi sejumlah tantangan di tahun ini. (Foto: Okezone.com/Pertamina)

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memprediksi kinerja keuangan akan menghadapi sejumlah tantangan di tahun ini, bahkan diperkirakan tidak akan lebih baik dibandingkan tahun 2024.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, menjelaskan bahwa Pertamina menghadapi tekanan akibat memburuknya seluruh parameter bisnis, baik dari sisi harga minyak mentah Brent (Brent Crude) maupun harga minyak mentah global (crude price) yang diperkirakan melandai di tahun 2025.

“Mungkin kalau dilihat dari seluruh parameter global di 2025, dibandingkan dengan 2024, terjadi pelemahan di seluruh aspek baik itu Brent, crude price, MOPS, semuanya melandai di 2025. Jadi, kami prediksikan bahwa akan terjadi pelandaian dibandingkan 2024,” ujarnya dalam konferensi capaian kinerja Pertamina 2024 di Jakarta, Jumat (14/6/2025).

Emma melihat tren pelemahan harga minyak dunia akan berlanjut pada tahun 2025. Selain itu, bisnis hulu atau upstream Pertamina juga tengah mengalami tekanan, yang turut membayangi prospek kinerja perseroan.

“Namun, kita lihat bahwa ini tidak bisa dihindari dari sisi ICP (Indonesian Crude Price). Kalau kita lihat posisi year to date, sekarang sudah berada di level USD70, dan per Mei sudah turun ke level USD62,” lanjutnya.

Emma menambahkan bahwa pelemahan harga minyak dapat berdampak signifikan terhadap investasi di sektor hulu migas jika tidak direspons dengan regulasi yang memadai. Terutama dalam menyikapi volatilitas harga minyak mentah agar tidak menghambat produksi dan lifting.

“Ini yang harus kita mitigasi dengan baik. Di samping itu, investasi bisa terhambat kalau tidak ada regulasi yang menjadi terobosan secara fundamental. Kami akan koordinasikan hal ini secara serius dengan pemerintah, agar fluktuasi harga minyak tidak menghambat produksi dan lifting,” jelasnya.

“Ke depan, kita akan benar-benar fokus pada reformasi kerangka regulasi di sektor hulu dan migas. Ini sangat penting agar tidak menghambat percepatan dan pencapaian target pemerintah mencapai produksi 1 juta barel per hari pada tahun 2028,” tambah Emma.

Jika menilik laporan keuangan Pertamina, laba bersih perseroan pada tahun 2024 turun sekitar 29% dibandingkan tahun 2023. Pada tahun 2023, laba bersih tercatat sebesar USD4,44 miliar atau sekitar Rp72,34 triliun, sedangkan di tahun 2024 turun menjadi USD3,13 miliar atau sekitar Rp49,54 triliun.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|