Fahmi Firdaus
, Jurnalis-Selasa, 23 September 2025 |06:05 WIB
Massa Simpatisan PKI/ist
JAKARTA - Pemberontakan Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Indonesia (PKI/FDR) di Madiun atau yang biasa disebut Madiun Affairs, banyak memakan korban jiwa. Diantaranya pelajar serta atlet peraih emas Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama 1948.
Sebelumnya, sejumlah anggota organik TNI dan juga pejabat pemerintahan, seperti Gubernur pertama Jawa Timur, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, hingga tokoh polisi, Kombes Pol M. Doerjat juga menjadi korban.
Setelah berdirinya Republik Soviet Indonesia sebagai implementasi Madiun Affair, 18 September 1948, Kota Madiun dikuasai PKI/FDR, para simpatisan sayap kiri merebut sejumlah jabatan pemerintahan dari tangan para pegawai pemerintah.
Namun di dalam kota masih ada sejumlah elemen “pendukung” pemerintahan Republik Indonesia dari unsur pelajar, setelah sebelumnya sejumlah anggota TNI dari Divisi Siliwangi berhasil dilucuti PKI/FDR.
Dilansir buku ‘Sejarah Daerah Jawa Timur’, masih ada unsur TRIP – Tentara Republik Indonesia Pelajar, yang bertahan di asrama. Asrama TRIP yang kini jadi gedung SMPN 2 Madiun itu pun turut diserbu FDR/PKI pada suatu siang, 22 September 1948.
Dalam penyerbuan itu, tewas seorang pejuang pelajar, Moeljadi yang kala itu bertugas jaga di asrama. Moeljadi tinggal nama di ujung senapan yang ironisnya, dilakukan kakak kandungnya sendiri.
Tidak hanya dibedil, tubuh Moeljadi juga ditusuk-tusuk sangkur untuk memastikan sudah tewas. Sementara sisa anggota TRIP lainnya ditangkapi.
Pembunuhan para pelajar pejuang itu memicu amarah sejumlah anggota TRIP lain, serta para pelajar di Kota Madiun. Para pelajar bahkan terang-terangan membentuk gerakan Pelajar Anti Musso (PAM), dengan menyebar selebaran anti PKI pimpinan Musso dan Amir Sjarifoeddin.