Rupiah Melemah Nyaris Rp17.000 per USD, Sri Mulyani Sebut Bukan karena Pelemahan Ekonomi Domestik (Foto: Okezone)
JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2025 sejauh ini lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika global, bukan karena pelemahan fundamental ekonomi domestik.
Hingga 28 April 2025, nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp16.829 per dolar AS, sementara rerata tahun berjalan (YTD) berada di Rp16.443 per dolar AS.
“Suasana dunia global semenjak tahun 2024 yaitu pada saat Fed Fund Rate diharapkan turun, tapi cukup tertahan oleh inflasi di Amerika Serikat yang masih relatif tinggi dan pasar tenaga kerjanya yang masih cukup ketat,” jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi April 2025, Rabu (30/4/2025).
1. Penyebab Dolar AS Menguat
Menkeu menambahkan bahwa kehati-hatian The Fed dalam menurunkan suku bunga telah mendorong aliran modal kembali ke Amerika Serikat dan menyebabkan indeks dolar menguat signifikan.
“Ini menyebabkan capital flow ke AS atau dalam hal ini menyebabkan dollar indeks menjadi menguat,” ungkapnya.
Situasi global semakin diperburuk oleh langkah kebijakan agresif dari Presiden Donald Trump, yang kembali menjabat awal tahun ini.
Menurut Sri Mulyani, Trump telah menerapkan tarif tinggi terhadap sekitar 70 negara mitra dagang utama AS, yang memicu ketidakpastian pasar global.
“Tindakan drastis dari Trump ini dalam bentuk tarif, mempengaruhi sentimen dan dinamika sektor keuangan sangat signifikan. Gejolak dari pasar keuangan sangat besar terjadi di kuartal I tahun ini,” ujarnya.
Akibatnya, pelemahan mata uang terhadap dolar AS terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia.
“Untuk Indonesia tidak terkecuali. Sehingga kita lihat pergerakan dari nilai tukar yang di Rp16.443 YTD dan Rp16.829 juga mencerminkan dinamika global dan tidak terlalu sama dengan kondisi fundamental Indonesia,” tegasnya.