Jakarta, CNN Indonesia --
Jerawat umum dialami siapa pun. Namun, beda tipe jerawat, beda pula penangannya. Apa beda jerawat hormon dan jerawat biasa atau jerawat akibat bakteri?
Menurut data National Institutes of Health (NIH), setiap 1 dari 10 orang menghadapi masalah jerawat. Data ini menunjukkan, jerawat memang jadi masalah kulit pada kebanyakan orang.
Saking umumnya, sekilas jerawat tampak sama saja. Padahal, setidaknya ada dua tipe jerawat yang umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beda jerawat hormon dan jerawat biasa
Jerawat hormon dan jerawat biasa atau jerawat bakteri keduanya berbeda sehingga perlu penanganan berbeda pula.
Penyebab
Jerawat hormon dipicu fluktuasi hormon di tubuh. Karena berkaitan dengan hormon, ahli dermatologi Brooke Jeffy berkata, jerawat ini sangat umum dialami remaja dan perempuan, khususnya selama menstruasi, kehamilan, dan menopause.
"Fluktuasi hormon ini meningkatkan produksi sebum yang menyumbat pori dan meningkatkan pertumbuhan bakteri," kata Jeffy, mengutip dari Real Simple.
Sementara itu, jerawat bakteri disebabkan kombinasi bakteri dan faktor lain. Ahli dermatologi Azadeh Shirazi menjelaskan, organisme jamur dan bakteri normal menghuni kulit dan membentuk mikrobioma alami kulit. Ketika ada ketidakseimbangan atau gangguan iklim mikrobioma tersebut, maka muncul jerawat.
Bentuk
Jerawat hormonal biasanya berbentuk lesi kistik atau kista merah tua yang menyakitkan. Jerawat sering muncul di area garis rahang, dagu, leher, atau pipi.
Berbeda dengan jerawat hormonal, jerawat bakteri berbentuk pustula yang merah dan meradang di permukaan. Jerawat pustula merupakan jerawat merah dan bagian tengah berwarna putih atau kekuningan. Bagian putih ini adalah nanah.
Jerawat bakteri muncul di area wajah paling berminyak seperti zona T (hidung sampai kening), pipi, dan hidung.
Cara mengatasi
Ilustrasi. Beda jerawat hormon dan jerawat biasa perlu dipahami untuk mengetahui cara mengatasi yang tepat. (iStockphoto/Lyashik)
Beda jerawat hormonal dan jerawat biasa terutama terletak pada cara mengatasi. Jerawat hormonal sering melibatkan pendekatan ganda yang terdiri dari perawatan topikal untuk membersihkan pori dan obat oral untuk mengendalikan fluktuasi hormonal.
Jeffy menyarankan penggunaan asam salisilat, benzoil peroksida, atau retinoid bersama konsumsi obat kontrasepsi oral atau obat spironolakton.
Sementara itu, mengatasi jerawat bakteri antara lain menggunakan benzoil peroksida, retinoid, antibiotik (sesuai saran dokter).
"Ada kalanya peradangannya dalam dan lebih parah, oleh karenanya antibiotik khusus jerawat seperti doksisiklin atau seysara diperlukan untuk tidak hanya mengurangi bakteri, tapi juga mengurangi peradangan," jelas Shirazi mengutip dari Byrdie.
(els/asr)