Benarkah Tidak Boleh Menikah di Bulan Safar? Ini Penjelasannya (Ilustrasi/Freepik)
JAKARTA – Mitos tentang larangan menikah di bulan Safar masih beredar di masyarakat. Bulan kedua dalam kalender Hijriyah ini sering dikaitkan dengan kesialan atau musibah. Ini termasuk anggapan tidak baik melangsungkan pernikahan pada Safar.
1. Bulan Safar
Kepercayaan bulan Safar membawa sial berasal dari tradisi Arab jahiliah sebelum datangnya Islam. Diyakini bulan Safar membawa bala dan penyakit, sehingga menghindari kegiatan besar, termasuk pernikahan.
Namun, Rasulullah SAW secara tegas membantah anggapan tersebut.
Dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda :
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.” (HR al-Bukhari) (Badruddin ‘Aini, ‘Umdâtul Qâri Syarhu Shahîhil Bukhâri, [Beirut, Dârul Kutub: 2006], juz IX, halaman 409).
Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), Selasa (5/8/2025), Rasulullah SAW tidak pernah melarang umatnya melakukan kegiatan apapun di bulan Safar, termasuk melangsungkan pernikahan.
Rasulullah SAW justru melakukan berbagai aktivitas penting di bulan Safar.
Hal ini di antaranya perjalanan hijrah dan beberapa misi dakwah yang menjadi tonggak dalam perkembangan Islam.
Mempercayai bulan Safar membawa kesialan bertentangan dengan ajaran tauhid dalam Islam.