Karhutla Sumatra Barat & Aceh 2025: Tanda Awal Krisis Kemarau?

4 hours ago 1

Personil BPBD Kabupaten Aceh Besar memadamkan kebakaran lahan di Kecamatan Lembah Seulawah. (BPBD Kabupaten Aceh Besar)

ASAP tipis mengepul dari lembah Harau di Sumatra Barat ketika tim pemadam mendaki lereng kering yang memerah oleh bara api, sebuah pemandangan yang tak asing lagi di musim kemarau.

BNPB melaporkan tiga kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 13 Juli 2025, melibatkan kawasan pertanian muda, hutan kering, dan perbukitan yang rapuh di Sumatra Barat serta Aceh Besar.

“Total lahan yang terbakar sekitar tujuh hektar, sebagian besar lahan pertanian muda yang sangat rentan,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, melalui siaran pers resmi BNPB.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebakaran pertama terdeteksi di Jorong Sarasah Tanggo, Nagari Sarilamak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, melahap empat hektar hutan perbukitan.

Di hari yang sama, di Nagari Gaung, Kecamatan Kubung, Solok, sekitar satu hektar lahan kering juga terbakar akibat cuaca ekstrem yang melanda Sumatra sepanjang bulan ini.

Di Aceh Besar, api menghanguskan kebun muda kakao seluas dua hektar di Gampong Suka Mulia, Lembah Seulawah, hanya satu jam setelah laporan masuk ke BPBD.

Tim darat gabungan bekerja cepat memadamkan api dengan truk tangki, peralatan manual, dan gotong-royong warga. Namun, penyelidikan lebih lanjut terhadap penyebab spesifik terus dilakukan pihak berwenang.

Faktor Alam dan Aktivitas Manusia di Balik Ancaman Api yang Mengancam

Seperti dilaporkan BNPB, tren kenaikan suhu, curah hujan rendah, dan kelembapan minimum membentuk kondisi ideal bagi percikan api untuk menjadi kobaran besar.

Namun, faktor alam hanya separuh kisah. “Perilaku manusia seperti membuka lahan dengan cara bakar, membuang puntung rokok, atau pembakaran sampah sembarangan sangat berkontribusi,” tambah Muhari.

Data KLHK tahun lalu menunjukkan 36 persen karhutla di Sumatra terjadi akibat pembukaan lahan tradisional dengan api, sebuah praktik kuno yang kini menjadi bencana ekologis.

“Warga harus sadar, lahan kering itu ibarat bubuk mesiu, satu percikan saja bisa menghancurkan ekosistem pertanian dan hutan di sekitarnya,” jelas pakar kehutanan Universitas Andalas, Dr. Dwi Suryadi.

Sementara itu, pola cuaca yang semakin tak menentu akibat krisis iklim global juga memperburuk kondisi, seperti dipaparkan BMKG dalam laporan cuaca ekstrem 2025.

Upaya Penanggulangan Cepat dan Seruan untuk Kesadaran Kolektif Warga

BPBD kabupaten setempat dibantu BNPB mengerahkan sumber daya terbatas untuk memadamkan api dalam waktu singkat, tetapi tantangan nyata ada pada pencegahan jangka panjang.

Pemerintah daerah diingatkan untuk memperkuat patroli terpadu dan meningkatkan pengawasan terhadap area rawan, termasuk kawasan pertanian dan perbukitan yang mudah terbakar.

BNPB juga menyerukan partisipasi masyarakat dalam melaporkan indikasi titik api atau kepulan asap sedini mungkin kepada petugas terdekat untuk mencegah api meluas.

“Kesadaran kolektif adalah benteng pertama melawan karhutla, kami berharap warga menghentikan praktik-praktik berisiko tinggi,” imbuh Muhari dalam keterangan tertulisnya .

Kepedulian warga menjadi semakin penting di tengah keterbatasan sumber daya pemadam, mengingat luasnya area hutan dan kebun yang terbentang di Sumatra dan rentan di musim kemarau.

Krisis Lingkungan di Sumatra: Belajar dari Masa Lalu untuk Menyelamatkan Masa Depan

Karhutla bukan hanya membakar lahan, tetapi juga menghanguskan keanekaragaman hayati, mengancam habitat satwa endemik, dan mencemari udara yang dihirup jutaan manusia di Sumatra.

Pada 2019, krisis asap akibat karhutla di Sumatra menyelimuti sebagian besar Asia Tenggara, menyebabkan gangguan pernapasan pada ribuan anak-anak hingga ke perbatasan Malaysia.

Para ahli mengingatkan bahwa jika tidak ada tindakan kolektif dan tegas dari pemerintah, masyarakat, serta pelaku usaha, skala kerusakan bisa menyamai bencana tahun-tahun sebelumnya.

“Setiap hektar yang terbakar berarti hilangnya peluang kita menyelamatkan tanah subur, udara bersih, dan warisan lingkungan bagi generasi mendatang,” kata Dr. Suryadi (mongabay.co.id).

Musim kemarau 2025 baru saja dimulai, namun peringatan dini dari BNPB sudah menjadi alarm keras bagi semua pihak untuk bertindak, bukan sekadar bereaksi saat api sudah meluas.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Harianindonesia.com dan Sawitpost.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Hello.id dan Haiidn.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Apakabarjateng.com dan Jabarraya.com

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|