
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bertemu jajaran Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia. (Foto: Okezone.com/AGTI)
JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bertemu jajaran Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia (AGTI) untuk membahas strategi memperkuat daya saing industri tekstil nasional, baik di pasar domestik maupun global.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku industri menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan serta daya saing sektor tekstil Indonesia.
“Siang tadi, kami berdiskusi tentang cara untuk memperkuat daya saing dunia tekstil Indonesia di pasar lokal dan global,” tulis Menkeu Purbaya di Instagramnya, Selasa (4/11/2025).
Menurut Purbaya, industri tekstil memiliki peran penting sebagai salah satu sektor padat karya yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan dunia usaha perlu terus diperkuat agar industri ini tetap tumbuh dan mampu menghadapi tekanan kompetisi internasional.
“Melalui pertemuan ini, kita bisa membangkitkan kembali dunia tekstil Indonesia dan memastikan bahwa industri ini didominasi oleh para pelaku usaha domestik sendiri,” ujar Purbaya.
Dalam audiensinya, Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto menegaskan komitmennya untuk memperkuat daya saing industri garmen dan tekstil nasional dengan berlandaskan pada nilai-nilai Ekonomi Pancasila. Langkah ini diyakini dapat menciptakan keseimbangan antara produktivitas industri, kepentingan lingkungan, dan kesejahteraan tenaga kerja.
AGTI telah menyampaikan roadmap penguatan daya saing dengan pendekatan analisis SWOT Peningkatan Daya Saing Industri TPT Nasional dan Ekosistemnya untuk memetakan peluang dan tantangan industri tekstil ke depan, dan dalam dua minggu ke depan AGTI akan mendetailkan beberapa tantangan serta usulan untuk debottlenecking.
"Audiensi AGTI dan tanggapan Pak Menkeu dan jajaran Kemenkeu memberikan angin segar bagi industri garmen dan tekstil tanah air. AGTI meyakini bahwa membangun industri TPT bukan hanya efisien dan berdaya saing, tapi juga berkeadilan sosial, sesuai prinsip Ekonomi Pancasila. Pendekatannya bukan sekadar bisnis, tapi menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja baru bersama pemerintah, pekerja, serta akademisi dalam AGTI,” ujar Anne.















































