Kuasai Gaza, Israel Evakuasi Paksa Warga Palestina ke Wilayah Selatan (Ilustrasi/UNRWA)
YERUSALEM - Israel telah mengumumkan persiapan untuk mengevakuasi paksa warga Palestina dari "zona tempur" ke Gaza selatan mulai Minggu (17/8/2025). Hal ini beberapa hari setelah mengumumkan serangan baru untuk merebut kendali Kota Gaza, pusat kota terbesar di wilayah kantong tersebut.
1. Evakuasi Paksa Warga
Juru bicara militer berbahasa Arab, Avichay Adraee mengatakan pada Sabtu (16/8/2025), penduduk akan diberikan tenda dan peralatan perlindungan lainnya yang diangkut melalui penyeberangan Karem Abu Salem, atau Kerem Shalom, oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi bantuan internasional.
PBB belum mengomentari rencana tersebut atau dugaan perannya dalam menyediakan bantuan kemanusiaan.
Pernyataan itu muncul kurang dari seminggu sejak Perdana Menteri Israel Netanyahu mengumumkan militer telah diberi lampu hijau untuk "membongkar" apa yang disebutnya sebagai dua benteng Hamas yang tersisa, yaitu Kota Gaza di utara dan al-Mawasi di selatan.
Militer belum merinci apakah peralatan penampungan tersebut ditujukan untuk penduduk Kota Gaza, yang saat ini diperkirakan berjumlah sekitar satu juta orang. Belum diketahui juga apakah lokasi relokasi mereka di Gaza selatan adalah wilayah Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.
PBB tidak segera mengomentari pengumuman Israel tersebut. Namun, PBB memperingatkan pada Kamis, ribuan keluarga yang telah menderita kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan dapat terdesak jika rencana Kota Gaza dilanjutkan.
2. Respons Jihad Islam
Kelompok Palestina, Jihad Islam, sekutu Hamas, menggambarkan pengumuman militer tersebut sebagai "bagian dari serangan brutalnya untuk menduduki Kota Gaza".
"Sebuah ejekan yang terang-terangan dan kurang ajar terhadap konvensi internasional," katanya melansir Al Jazeera.
"Memaksa orang untuk mengungsi di tengah kelaparan, pembantaian, dan pengungsian merupakan kejahatan berkelanjutan terhadap kemanusiaan. Perilaku kriminal di Gaza tidak dapat dipisahkan dari kejahatan sehari-hari yang dilakukan oleh pendudukan di Tepi Barat yang diduduki," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Pasukan Israel telah meningkatkan operasi di pinggiran Kota Gaza selama seminggu terakhir. Warga di permukiman Zeitoun dan Shujayea melaporkan serangan udara dan tank Israel yang hebat.
3. Serangan Israel
Sebuah pesawat nirawak Israel menargetkan sekelompok orang di daerah Asqaula di permukiman Zeitoun di timur Kota Gaza. Serangan itu menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya, lapor kantor berita Wafa.
Satu orang tewas dan tiga lainnya luka-luka ketika sebuah rumah di dekat Masjid al-Alami di Jalan az-Zarqa, juga di timur Kota Gaza, terkena serangan.
Perkemahan tenda al-Mawasi, di Gaza selatan, juga diserang pada Sabtu. Serangan udara Israel menewaskan Motasem al-Batta, istrinya, dan bayi perempuan mereka di dalam tenda. Daerah itu ditetapkan sebagai zona "kemanusiaan", atau "aman", pada awal perang. Namun, tetap saja daerah itu berulang kali diserang.
Seorang tetangga keluarga tersebut, Fathi Shubeir, mengatakan kepada The Associated Press, warga sipil yang mengungsi tinggal di daerah al-Mawasi yang padat penduduk. Berbicara tentang bayi perempuan itu, ia berkata, "Dua setengah bulan, apa yang telah dia lakukan?"
Perang Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 61.827 orang sejak Oktober 2023. Malnutrisi telah menewaskan 251 orang sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebelas orang, termasuk seorang anak, telah mati kelaparan dalam 24 jam terakhir, kata kementerian tersebut pada hari Sabtu.
Di Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza, nyawa lebih dari 200 pasien berada di ujung tanduk. Hal ini akibat kekurangan obat-obatan yang parah dan malnutrisi.