China Catat Perlambatan Industri, Hadirkan Dampak Sosial dan Ekonomi

4 weeks ago 5

JAKARTA – Ekonomi China menunjukkan tanda-tanda perlambatan, terlihat dari data terbaru Indeks Manajer Pembelian (PMI) Negeri Tirai Bambu. Sejumlah pabrik di kawasan industri utama negara tersebut mengalami penutupan.

Pada Juli, PMI mencatat angka 49,3, turun dari 49,7 pada bulan sebelumnya dan di bawah perkiraan pasar. Angka di bawah 50 ini mengindikasikan kontraksi aktivitas manufaktur, sebuah sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi China, yang dikenal sebagai "pabrik dunia," menghadapi tekanan serius.

Penurunan ini juga terlihat pada indeks pesanan baru yang turun ke 49,4 dari 50,2, serta pesanan ekspor baru yang menyusut menjadi 47,1 dari 47,7. Sementara itu, PMI sektor non-manufaktur, yang meliputi jasa dan konstruksi, hampir menyentuh batas kontraksi dengan angka 50,1.

Data tersebut menunjukkan tantangan nyata di tengah usaha pemerintah China mempertahankan stabilitas ekonomi: produksi melambat, permintaan berkurang, dan tekanan dirasakan di seluruh ekosistem industri.

Penurunan di Delta Sungai Mutiara

Delta Sungai Mutiara adalah pusat manufaktur utama China dan penggerak utama pertumbuhan ekspornya selama beberapa dekade. Namun, pabrik-pabrik di kota seperti Dongguan dan Guangzhou yang sebelumnya aktif memproduksi barang untuk pasar global kini menghadapi sejumlah penutupan.

Dilansir Financial Post, Selasa (19/8/2025), Yee Fung Sports Technology, perusahaan dengan investasi Hong Kong berdiri sejak 1977 dan dikenal sebagai pemasok helm serta sol sepatu olahraga internasional, mengumumkan penutupan operasional di Dongguan pada 14 Juli. Pada 30 Juli, hampir seluruh karyawan diberhentikan, hanya beberapa yang tersisa untuk menyelesaikan proses penutupan akibat turunnya pesanan drastis hingga nol.

Fenomena serupa terlihat sejak awal Juli saat sejumlah perusahaan swasta dan asing di Dongguan mengumumkan penutupan.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|