Setyana Mapasa bersama partner-nya, Angela Yu. (Foto: Instagram/setyanam)
ADA 5 pebulu tangkis yang kesulitan bersaing di Indonesia hingga putuskan pindah negara yang menarik untuk dibahas. Persaingan ketat di dunia bulu tangkis Indonesia mendorong beberapa atlet muda untuk mencari kesempatan di negara lain.
Keputusan ini sering kali menjadi jalan pintas untuk mendapatkan karier yang lebih menjanjikan dan kesempatan bermain di turnamen internasional, termasuk ajang bergengsi seperti Olimpiade. Lantas siapa saja mereka?
5 Pebulu Tangkis yang Kesulitan Bersaing di Indonesia hingga Putuskan Pindah Negara:
1. Ade Resky Dwicahyo (Azerbaijan)

Lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 13 Mei 1998, Ade Resky Dwicahyo kini membela Azerbaijan. Ia mengambil keputusan pindah kewarganegaraan pada 2018 setelah gagal menembus tim senior Indonesia meskipun pernah tampil di Kejuaraan Dunia Junior dan Kejuaraan Asia Junior.
Keputusan ini terbukti menjadi langkah strategis. Ade sudah tampil dua kali di Olimpiade, yakni Olimpiade Paris 2024 dan Olimpiade Tokyo 2020. Penampilan ini adalah bukti bahwa kerja kerasnya di luar negeri membuahkan hasil.
Menariknya, Ade akan melawan Jonatan Christie di 32 besar BWF World Championships 2025. Pertemuan itu akan terjadi pada Rabu 27 Agustus 2025.
2. Keisha Fatimah Azzahra (Azerbaijan)

Sama seperti Ade, Keisha Fatimah Azzahra juga memilih Azerbaijan sebagai pelabuhan karier barunya. Gadis kelahiran Pekanbaru, 12 Agustus 2003, ini pernah menunjukkan potensi besar dengan meraih posisi runner-up di Seleksi Nasional (Seleknas) PBSI 2022. Sayangnya, PBSI hanya mengambil juara pertama.
Tanpa ragu, Keisha menerima tawaran Azerbaijan demi mengejar mimpinya tampil di panggung dunia. Sejak bergabung, ia telah menorehkan beberapa hasil apik, termasuk mengalahkan wakil Indonesia, Ruzana, di Indonesia Masters 2025.
Saat ini, Keisha tengah berjuang juga di BWF World Championships 2025. Ia akan melawan J. Viana Verra dari Brasil pada babak 64 besar.
3. Danny Bawa Chrisnanta (Singapura)

Mantan pemain ganda putra dan ganda campuran Indonesia ini memutuskan untuk membela Singapura. Di awal kariernya bersama bendera baru, Danny sempat menunjukkan performa menjanjikan dengan meraih medali perunggu di Asian Games.
Namun, seiring waktu, performanya cenderung menurun. Cedera dan ketatnya persaingan membuatnya kesulitan kembali ke puncak performa, bahkan setelah berganti-ganti pasangan.